Dalam satu peluang, Kiai Mbeling Emha Ainun Nadjib pernah menyatakan kalau tokoh sentral dalam panakawan yaitu Semar, tidaklah badut seperti yang sampai kini terlanjur di kenal beberapa orang. Serta lantaran Semar bukanlah badut tetapi malah ide mengenai Nabi Muhammad, jadi dia tidaklah sosok yang layak jadikan bahan tertawaan, tetapi demikian sebaliknya harus jadikan contoh, terlebih oleh manusia Muslim Jawa.
Bila kita susuri, baik dari narasi papar turun-temurun ataupun transkrip kuno, manusia Jawa yakin kalau Semar yaitu kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa, untuk selalu ada dengan keberadaannya pada setiap waktu, pada siapapun serta setiap saat menurut apa yang dia kehendaki.
Konon satu diantara diantara demikian arti nama Semar yaitu haseming samar-samar. Dimaksud sekian lantaran Semar dikira samar wujudnya ; dia wajahnya lelaki, namun perawakannya seperti wanita dengan perut serta dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan di muka, mengisyaratkan dia telah lansia, tetapi demikian sebaliknya, rambutnya juga berupa kuncung seperti biasanya ciri khas anak-anak. Bibir Semar terlihat tersenyum, namun matanya mengisyaratkan tangis. Bajunya sarung kawung khas beberapa abdi, namun di setiap waktu krusial beberapa Ksatria Pandawa, malah dari lisannya ditunggu pitutur tingkat tinggi berbentuk jalan keluar.
Terkecuali samar wujudnya, terkadang samar juga pitutur serta piwulang Kiai Semar. Konon cuma manusia berakal atau mereka yang ingin memikirkan memakai akalnya lah yang bakal dapat mengerti, baik dengan cara tersirat ataupun tersurat tiap-tiap tuntunan yang di sampaikan, baik lewat perkataan ataupun perbuatannya.
Di satu segi, beberapa mistikus Jawa menyebutkan Semar sebagai simbol gelap gulita, simbol misteri, lambing ketidaktahuan mutlak, yaitu ketidaktahuan kita tentang Tuhan. Tetapi di segi lain, tokoh yang di kelompok beberapa dalang dikenal juga dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya ini, diakui sebagai yang memiliki sinar tuntunan khas seseorang penuntun serta pemimpin, yang berkelayakan menggerakkan pekerjaan membimbing manusia dengan sinar ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai sama kehendak Tuhan.
Diantara demikian banyak tuntunan yang di ajarkan Kiai Semar, di bawah ini 12 prinsip hidup yang sekurang-kurangnya bisa kita kaji serta ambillah faedahnya untuk kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekalian umat Islam di Indonesia.
Pertama : Eling lan bekti marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini memiliki kandungan maksud kalau manusia yang sadar bakal dianya sebaiknya senantiasa mengingat serta memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang sudah memberi peluang untuk dianya untuk hidup serta berkarya di alam yang indah ini.
Ke-2 : Percoyo lan bekti marang Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini memiliki kandungan arti kalau manusia telah semestinya menghormati serta ikuti ajaran beberapa Utusan Allah sesuai sama ajarannya semasing, lantaran pastinya kalau semuanya rencana beberapa Utusan Allah itu yaitu saran pada kebaikan.
Ketiga : Setyo marang Khalifatullah lan Penggede Negoro.
Prinsip ini bermakna kalau tiap-tiap manusia yang tinggal di satu lokasi, jadi telah semestinya bahkan juga berkewajiban untuk menghormati serta ikuti semuanya ketentuan yang di keluarkan oleh beberapa pemimpinnya yang baik, benar serta bijaksana.
Ke empat : Bekti marang Bhumi Nusantoro.
Prinsip ini mengutamakan supaya tiap-tiap manusia yang tinggal serta hidup di bumi Nusantara ini harus serta lumrah unuk menjaga serta memperlakukan bumi ini dengan baik, sebab bumi berikut yang sudah memberi kemakmuran untuk masyarakat yang mendiaminya.
Ke lima : Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan tiap-tiap manusia kalau dianya tak serta-merta ada didunia ini, namun lewat perantaraan Ibu serta Bapaknya. Jadi sebaiknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang sudah pelihara serta membesarkan kita dengan kasih sayang serta pengorbanan tulusnya.
Ke enam : Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita supaya selalu sadar diri untuk menghormati saudara yang lebih tua dari segi usia serta lebih tahu dari pada kita dari segi pengetahuan, pengetahuan serta kemampuannya.
Ketujuh : Tresno marang kabeh Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita supaya senantiasa menyayangi mereka yang lebih muda, memberi tuntunan serta menularkan pengalaman serta pengetahuan kita pada mereka, dengan harapan yang muda ini akan jadi generasi pengganti yang tangguh serta bertanggungjawab.
Kedelapan : Tresno marang Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial kalau sejatinya semuanya manusia itu sama, walau tidak sama warna kulit, bhs, budaya serta agamanya. Jadi telah semestinya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran kalau mereka semuanya mempunyai harkat serta martabat yang sama seperti perihal kita juga.
Kesembilan : Tresno marang Sepepadaning Urip.
Prinsip ini membimbing kita supaya tidak cuma menghormati sesama manusia, tetapi juga semuanya makhluk ciptaan-Nya. Sebab semuanya makhluk yang di ciptakan Allah yaitu makhluk yang keberadaannya maujud lantaran kehendak Allah yang Kuasa. Jadi dengan menghormati semuanya ciptaan Allah, sama berarti kita sudah menghormati serta menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh : Hormat marang Kabeh Agomo.
Prinsip ini mengutamakan sikap toleransi, dalam pengertian sebaiknya kita hormati semuanya agama atau aliran keyakinan yang ada, serta automatis termasuk beberapa penganutnya.
Kesebelas : Percoyo marang Hukum Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita kalau terkecuali menurunkan kehidupan, Allah juga sudah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum sebab-akibat. Jadi di sini berlaku aturan alamiah kalau siapa saja yang menanam jadi dia juga yang bakal memetik akhirnya. Siapa yang berbuat kebaikan, pastinya akan berbuah kebaikan, demikian sebaliknya untuk mereka yang berbuat jahat, telah pastinya akan tertimpa laknat. Berikut yang dalam keyakinan manusia Jawa terkadang dikatakan sebagai Hukum Karma.
Keduabelas : Percoyo marang Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan kalau tiap-tiap manusia ini pada intinya rapuh serta hatinya berubah-ubah, jadi sebaiknya tiap-tiap diri kita menyadarinya supaya bisa menyesuaikan diri dihadapan Allah serta senantiasa memperoleh perlindungan serta rahmat-Nya dalam melakukan hidup serta kehidupan ini.
Bila kita susuri, baik dari narasi papar turun-temurun ataupun transkrip kuno, manusia Jawa yakin kalau Semar yaitu kakek moyang pertama atau perwujudan dari manusis Jawa yang pertama. Dialah sosok yang mengemban “tugas khusus” dari Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa, untuk selalu ada dengan keberadaannya pada setiap waktu, pada siapapun serta setiap saat menurut apa yang dia kehendaki.
Konon satu diantara diantara demikian arti nama Semar yaitu haseming samar-samar. Dimaksud sekian lantaran Semar dikira samar wujudnya ; dia wajahnya lelaki, namun perawakannya seperti wanita dengan perut serta dada besar. Rambutnya putih dengan kerutan di muka, mengisyaratkan dia telah lansia, tetapi demikian sebaliknya, rambutnya juga berupa kuncung seperti biasanya ciri khas anak-anak. Bibir Semar terlihat tersenyum, namun matanya mengisyaratkan tangis. Bajunya sarung kawung khas beberapa abdi, namun di setiap waktu krusial beberapa Ksatria Pandawa, malah dari lisannya ditunggu pitutur tingkat tinggi berbentuk jalan keluar.
Terkecuali samar wujudnya, terkadang samar juga pitutur serta piwulang Kiai Semar. Konon cuma manusia berakal atau mereka yang ingin memikirkan memakai akalnya lah yang bakal dapat mengerti, baik dengan cara tersirat ataupun tersurat tiap-tiap tuntunan yang di sampaikan, baik lewat perkataan ataupun perbuatannya.
Di satu segi, beberapa mistikus Jawa menyebutkan Semar sebagai simbol gelap gulita, simbol misteri, lambing ketidaktahuan mutlak, yaitu ketidaktahuan kita tentang Tuhan. Tetapi di segi lain, tokoh yang di kelompok beberapa dalang dikenal juga dengan nama Kiai Lurah Semar Badranaya atau Nur Naya ini, diakui sebagai yang memiliki sinar tuntunan khas seseorang penuntun serta pemimpin, yang berkelayakan menggerakkan pekerjaan membimbing manusia dengan sinar ilmunya, ke jalan yang benar, sesuai sama kehendak Tuhan.
Diantara demikian banyak tuntunan yang di ajarkan Kiai Semar, di bawah ini 12 prinsip hidup yang sekurang-kurangnya bisa kita kaji serta ambillah faedahnya untuk kehidupan kita sebagai manusia Jawa, sekalian umat Islam di Indonesia.
Pertama : Eling lan bekti marang Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini memiliki kandungan maksud kalau manusia yang sadar bakal dianya sebaiknya senantiasa mengingat serta memuja Tuhan Yang Maha Esa, yang sudah memberi peluang untuk dianya untuk hidup serta berkarya di alam yang indah ini.
Ke-2 : Percoyo lan bekti marang Utusane Gusti Kang Murbeng Dumadi.
Prinsip ini memiliki kandungan arti kalau manusia telah semestinya menghormati serta ikuti ajaran beberapa Utusan Allah sesuai sama ajarannya semasing, lantaran pastinya kalau semuanya rencana beberapa Utusan Allah itu yaitu saran pada kebaikan.
Ketiga : Setyo marang Khalifatullah lan Penggede Negoro.
Prinsip ini bermakna kalau tiap-tiap manusia yang tinggal di satu lokasi, jadi telah semestinya bahkan juga berkewajiban untuk menghormati serta ikuti semuanya ketentuan yang di keluarkan oleh beberapa pemimpinnya yang baik, benar serta bijaksana.
Ke empat : Bekti marang Bhumi Nusantoro.
Prinsip ini mengutamakan supaya tiap-tiap manusia yang tinggal serta hidup di bumi Nusantara ini harus serta lumrah unuk menjaga serta memperlakukan bumi ini dengan baik, sebab bumi berikut yang sudah memberi kemakmuran untuk masyarakat yang mendiaminya.
Ke lima : Bekti marang Wong Tuwo.
Prinsip ini mengingatkan tiap-tiap manusia kalau dianya tak serta-merta ada didunia ini, namun lewat perantaraan Ibu serta Bapaknya. Jadi sebaiknya hormatilah, muliakanlah keduanya yang sudah pelihara serta membesarkan kita dengan kasih sayang serta pengorbanan tulusnya.
Ke enam : Bekti marang Sedulur Tuwo.
Prinsip ini mengajak kita supaya selalu sadar diri untuk menghormati saudara yang lebih tua dari segi usia serta lebih tahu dari pada kita dari segi pengetahuan, pengetahuan serta kemampuannya.
Ketujuh : Tresno marang kabeh Kawulo Mudo.
Prinsip ini mengajari kita supaya senantiasa menyayangi mereka yang lebih muda, memberi tuntunan serta menularkan pengalaman serta pengetahuan kita pada mereka, dengan harapan yang muda ini akan jadi generasi pengganti yang tangguh serta bertanggungjawab.
Kedelapan : Tresno marang Sepepadaning Manungso.
Prinsip ini mengajarkan satu pemahaman substansial kalau sejatinya semuanya manusia itu sama, walau tidak sama warna kulit, bhs, budaya serta agamanya. Jadi telah semestinya kita hormati sesama manusia dengan kesadaran kalau mereka semuanya mempunyai harkat serta martabat yang sama seperti perihal kita juga.
Kesembilan : Tresno marang Sepepadaning Urip.
Prinsip ini membimbing kita supaya tidak cuma menghormati sesama manusia, tetapi juga semuanya makhluk ciptaan-Nya. Sebab semuanya makhluk yang di ciptakan Allah yaitu makhluk yang keberadaannya maujud lantaran kehendak Allah yang Kuasa. Jadi dengan menghormati semuanya ciptaan Allah, sama berarti kita sudah menghormati serta menghormati Allah sebagai penciptanya.
Kesepuluh : Hormat marang Kabeh Agomo.
Prinsip ini mengutamakan sikap toleransi, dalam pengertian sebaiknya kita hormati semuanya agama atau aliran keyakinan yang ada, serta automatis termasuk beberapa penganutnya.
Kesebelas : Percoyo marang Hukum Alam.
Prinsip ini menggugah kesadaran kita kalau terkecuali menurunkan kehidupan, Allah juga sudah menurunkan Hukum Alam sebagai hukum sebab-akibat. Jadi di sini berlaku aturan alamiah kalau siapa saja yang menanam jadi dia juga yang bakal memetik akhirnya. Siapa yang berbuat kebaikan, pastinya akan berbuah kebaikan, demikian sebaliknya untuk mereka yang berbuat jahat, telah pastinya akan tertimpa laknat. Berikut yang dalam keyakinan manusia Jawa terkadang dikatakan sebagai Hukum Karma.
Keduabelas : Percoyo marang Kepribaden Dhewe tan Owah Gingsir.
Prinsip ini menanamkan keinsyafan kalau tiap-tiap manusia ini pada intinya rapuh serta hatinya berubah-ubah, jadi sebaiknya tiap-tiap diri kita menyadarinya supaya bisa menyesuaikan diri dihadapan Allah serta senantiasa memperoleh perlindungan serta rahmat-Nya dalam melakukan hidup serta kehidupan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar