Selasa, 21 Juni 2016

MARI KITA DO,AKAN BUAT KORBAN LONGSOR YANG ADA DI JATENG ,,YANG MENEWASKAN 47 ORANG DAN 15 HILANG..



“Tim SAR paduan temukan lagi empat korban dalam keadaan wafat dunia. Tiga orang diketemukan di Desa Donorati serta satu orang diketemukan di Desa Caok, ” ungkap Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Senin (20/06).
Ke-2 desa itu ada di kabupaten Purworejo, sebagai kabupaten dengan jumlah korban tewas paling banyak, yakni 31 orang.

Sutopo mengungkap banjir serta longsor pada Sabtu serta Minggu (18-19/06) itu pernah bikin timnya kewalahan untuk meraih tempat longsor, lantaran 'jalan rusak, keadaan tanah labil, ' serta potensi longsor susulan 'masih tinggi bila hujan dibagian hulu'.
Tetapi, jalan rusak itu telah bisa diperbaiki serta dilewati pada Senin 20 Juni pagi, hingga tiga alat berat bisa meraih tempat serta dipakai untuk mencari korban.


Sekarang ini Tim SAR mengerahkan lebih 500 anggotanya untuk mencari 15 korban hilang yang semua ada di kabupaten Purworejo. Beberapa korban terbagi dalam enam orang di desa Donorati, delapan di desa Caok, dan satu orang di desa Jelok.
Operasi SAR diputuskan sampai satu minggu ke depan.
'Rata seperti lapangan’
Salah seseorang korban longsor yang selamat yaitu Yatinem dari desa Jelok.
Yatinem menyampaikan pada Sabtu malam dia serta keluarganya tengah ada dirumah waktu hujan lebat serta mendengar nada menderu 'seperti pesawat', seperti dilaporkan Akhmad Mukti Ali, seseorang wartawan di Purworejo,.

Wanita berumur 45 tah
“Tiba-tiba tanah berjatuhan, menerpa tempat tinggal. Saya bingung ingin pergi ke mana. Ke belakang, pintu saya buka, tembok telah roboh. Ingin ke depan, pintu telah ambruk. Di depan telah ada tumpukan tanah, ” katanya lirih.
Yatinem serta anaknya juga pada akhirnya keluar melalui jendela. Mereka lari menjauh serta selamat.
Tetapi suami Yatinem gagal menyelamatkan diri lantaran jatuh didalam tempat tinggal serta tertimbun tanah. Sang suami diketemukan tewas.
“Sekarang tempat tinggal telah agak rata, seperti lapangan, ” kata Yatinem yang saat ini mengungsi di balai desa Jelok, berbarengan 209 orang yang lain sesudah 19 tempat tinggal 'hancur total' di desa itu.

Kepala BNPB, Willem Rampangilei, menyebutkan tempat longsor di Purworejo yaitu daerah riskan. Dia mengungkap butuh usaha pengaturan ruangan yang berbasiskan peta riskan longsor hingga pemukiman tak bisa dibagun ‘sembarangan’.
Walau pertolongan makan disebutnya cukup di pengungsian, Yatinem mengakui sampai sekarang ini dia masihlah tidak paham bakal tinggal dimana nanti.
‘Kemarau basah’

Disamping itu Tubuh Meteorologi Klimatologi serta Geofisika, BMKG, mengungkap 'hujan waktu musim kemarau' yang menempa beragam lokasi di Indonesia berlangsung lantaran dampak La Nina, yakni fenomena mendinginnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik sisi timur.
“Efeknya global, tidak cuma di Indonesia, ” papar A. Fachri Radjab, Kepala Bagian Service Info Cuaca BMKG, pada BBC Indonesia, Senin (20/06).
BMKG menyatakan keadaan ini bakal bikin Indonesia alami 'musim kemarau basah' -hujan yang masihlah turun waktu musim kering– satu tahun ke depan dengan curah hujan yang ada pada level 15% diatas normal.

amun, Fachri mengungkap curah hujan cukup tinggi dalam sekian hari paling akhir bukan sekedar lantaran dampak La Nina, namun juga ditambah aliran hawa basah dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik.
“Ini sesungguhnya senantiasa berlangsung, tiap-tiap bln., namun lantaran La Nina, jadi lebih intens (hujannya). ”

Fachri menyebutkan hujan enteng sampai tengah masihlah bakal dirasa di beberapa lokasi di tanah air dalam satu minggu ke depan, terlebih di Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, semua provinsi di Pulau Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Barat serta Maluku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar