Kamis, 23 Juni 2016

SUNGGUH MENYEDIHKAN,!! IBU INI HANYA BISA MENANGIS MELIHAT ANAKNYA DI RANTAI !! DAN TETAP MENJALANKAN IBADAH PUASA.





Hati ibu mana yang tidak menangis lihat anaknya dirantai seperti binatang, begitu halnya Heni (50 th), yang bertempat di Dusun Penanian, Desa Batetangnga, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Ia cuma dapat pasrah lihat anaknya diperlakukan seperti itu lantaran dikira hilang ingatan.

Anak ketiganya, Abdi (24 th), dirantai oleh pamannya sendiri mulai sejak 7 bln. waktu lalu, lantaran dikira meresahkan warga sekitaran. Tetapi ia tidak berdaya hentikan aksi itu.

Hatinya pilu apabila lihat keadaan anaknya yang dirantai ke-2 tangan serta kakinya dan digembok besi itu. Pemasungan itu bikin anaknya tak dapat bergerak bebas serta lakukan semuanya aktivitasnya di ruangan dapur belakang tempat tinggalnya, tempat dimana ia dipasung. Mulai dari makan sampai buang air ia kerjakan ditempat itu.

“Saya juga kasihan lihat anak saya. Ia dipasung pamannya lantaran dinilai kerap mengganggu warga, “tuturnya sembari menangis.

Dengan keadaan yang serba kekurangan, Heni cuma dapat pasrah lihat penderitaan anaknya. Mulai sejak ditinggal mati suaminya 10 th. silam, Heni menghidupi keluarganya lewat cara bikin sapu lidi atau menuai kangkung liar yang tumbuh di sungai untuk di jual ke pasar.

Pendapatannya yang tidak seberapa itu ia pakai untuk beli keperluan pokok untuk menyambung hidup keseharian berbarengan anak-anaknya. Tidak ada dana untuk menyembuhkan Abdi.

Dahulu ia pernah memperoleh jatah beras miskin 20 liter per bln., tetapi akhir-akhir ini ia tidak lagi memperoleh beras Raskin itu. Petugas di kantor desa cuma mengatakan jatah raskin telah habis diberikan tanpa ada argumen lain yang dapat dipahaminya.

Tidak ada alternatif lain untuk Heni, terkecuali menahan pedih setiap saat lihat keadaan anaknya yang terpasung.

Tetaplah berpuasa waktu dipasung 

Tidak sama dengan pasien masalah jiwa biasanya, Abdi (24 th) terlihat sehat serta normal. Ia dapat di ajak terlibat percakapan tanpa ada tunjukkan ada tanda-tanda penyakit kejiwaan yang dideritanya.

Ia tetaplah menggerakkan keharusan berpuasa di bln. Ramadhan. Ia makan sahur serta berbuka seperti biasanya yang dikerjakan muslim yang lain. Ia bahkan juga dapat mengungkap perasaannya lantaran diperlakukan tak manusiawi oleh keluarganya.

“Saya puasa selalu. Saya terasa tersiksa batin diperlakukan seperti ini. Seperti telah sepuluh th. saya disini, walau sebenarnya baru tujuh bln., ” katanya. Ia mengharapkan dapat hidup bebas seperti terlebih dulu.

Walau juga tampak normal, hasrat Abdi tak dapat dipenuhi. Sang paman tetaplah memasung Abdi, lantaran orang-orang di sekelilingnya masihlah cemas bila penyakitnya mendadak kambuh kembali. Di kuatirkan apabila kambuh, Abdi bakal mengamuk serta memecahkan beberapa barang yang ada di dekatnya.

Keresahan warga ini bikin sang ibu cuma dapat pasrah. Ia cuma dapat mengharapkan, ada perhatian dari pemerintah supaya anaknya dapat selekasnya memperoleh penyembuhan yang layak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar