Berbahan yg tidak umum – dari ular piton sampai anjing – bikin makanan Minahasa terlihat mengerikan, namun bumbu-bumbu yang istimewa lah yang pada akhirnya bangun reputasinya.
Badan hangus seekor anjing terbaring kaku – rahangnya terbuka, moncongnya naik ke atas, ke empat kakinya lurus terbujur ke langit. Selama pasar, tukang jagal membelah badan anjing yang lain, memenggal kepala serta memotong-motongnya untuk di jual. Dibawah meja yang menyokong anjing-anjing mati itu, beberapa kucing menyelusup serta merintih, sesaat anjing kurus yang seolah tidak miliki nilai gizi meringkuk tidur tanpa ada harapan.
Ini yaitu tipikal Sabtu pagi dibagian daging di Pasar Tomohon, Indonesia, terdapat di dataran tinggi vulkanik Sulawesi Utara. Kelelawar dengan rapi dipisahkan dari sayap-sayapnya, mulutnya menganga dalam sunyi ; isi badan piton berwarna pucat di keluarkan ; tikus liar yang ditusuk pada batang tersusun seperti kebab.
Hawa berbau besi dengan sedikit bau feses penuhi hawa. Menggunakan kaos serta T-shirt, celana pendek sepak bola, serta blus palsu Lacoste, beberapa pengunjung tak tampak tidak sama dengan kerumunan pasar di Indonesia yang lain. Namun, umumnya dari mereka yaitu orang Minahasa, yang populer dengan santapan ganjil nan lezatnya.
Walaupun mereka sudah meninggalkan rimba beratus-ratus tahun lantas, orang Minahasa masihlah mengonsumsi daging yang sama yang dikonsumsi oleh leluhur mereka di dataran tinggi 6. 000 waktu lalu, termasuk juga babi rimba, ular, serta kelelawar. “Saat Paskah, ada monyet serta penyu di pasar, ” kata pemimpin ekspedisi Michael Leitzinger, yang mengelola Mountain View Resort & Spa di sekat situ. “Mereka mengkonsumsinya sebagai kesenangan seperti kita (orang asing) mengonsumsi kalkun waktu Natal. ”
Hari ini, orang Minahasa umumnya beragama Kristen. Sepanjang era ke-19, pemerintah colonial Belanda berupaya untuk meniadakan semua type ritual Minahasa, dari perburuan kepala serta pengorbanan sampai budaya tinggal serumah untuk sebagian keluarga serta penguburan sarkofagus. Misionaris Protestan mendorong doktrin Kristen dengan efisien hingga pada 1857, 10. 000 Minahasa berpindah keyakinan dalam sehari.
Walaupun dengan berpindah keyakinan, patung Tonaas – pemimpin historis dengan kemampuan magis – terlihat sama biasanya dengan penampakan gereja di kota Tomohon. Serta di Woloan, diluar kota, rokok serta gelas-gelas cap tikus (minuman alkohol lokal dari nira) diletakkan dibawah pohon keramat dekat reruntuhan batu-batu kuno sarkofagus. Mereka memberi persembahan untuk jiwa beberapa leluhur yang menempati tempat itu.
Ritual darah sudah dilarang dari tempat suci Watu Pinawetengan di dekat gunung api Soputan, nyatanya lantaran pengurusnya tidak ingin bersihkan darah-darah itu. Namun, praktek sihir hitam masihlah dikerjakan dengan mengorbankan binatang di gua rahasia setiap bln. purnama.
" Umumnya ayam putih untuk sihir putih, namun dapat hitam atau putih untuk sihir type lain, " kata Veronica, dukun lokal disana.
Veronica beragama Katolik, serta seperti umumnya orang Minahasa lain, dia mempunyai nama Kristen, namun dia tak lihat ada pertentangan pada apa yang diyakininya serta praktek sihirnya. Dia yakin kalau beberapa santa hanya nama lain dari ruh. Baginya, baik sihir serta rutinitas konsumsi makanan kuno rimba yaitu sinyal ketahanan budaya yang mengagumkan. " Budaya Minahasa yaitu budaya yang kuat, " tuturnya. " Betatapun modernnya dunia, mereka bakal tetaplah bertahan lewat cara kuno. "
Serta, memanglah, ketentuan ketat mengatur menu Minahasa. " Kami tak makan anjing yang datang dari kampung halaman kami, " kata Adam Pongoh, pemandu saya, yang asli Minahasa. Dengan hal tersebut, penangkap anjing yang menghimpun binatang dari kota-kota lain pada malam hari dengan cara luas dibenci ditempat lain di Indonesia.
Saat bapak Pongoh, Junus, mulai jual rempah-rempah di Pasar Tomohon kian lebih 35 th. waktu lalu, baik tarsius yang terancam punah (primata kecil, dengan mata besar) serta kuskus langka masihlah teratur di jual di pasar. Sesudah aksi keras pemerintah satu tahun lebih waktu lalu, saat ini susah untuk temukan spesies langka disini.
Umumnya daging eksotis di Pasar Tomohon yaitu kesenangan yang dimasak dirumah sebagai santapan istimewa, serta tak dihidangkan di restoran-restoran. Ular piton, kata Pongoh, makin langka,
" rasa-rasanya seperti ayam, serta kami memakai rempah-rempah yang sama, namun ayam harga nya setengahnya. "
Saya terlebih dulu pernah coba daging anjing, dimasak style Minahasa dengan lengkuas, cabai, bawang putih, bawang merah serta yang lain, serta saya menilainya masakan itu lezat - namun begitu susah untuk makan. (Langkah memasak Minahasa tradisional tak memerhatikan jauh mengenai tulang, serta saya pribadi terasa susah untuk memisahkan daging anjing dari tulang dengan gigi saya).
Jadi saat Pongoh membawa saya ke restoran Puncak EG (Jalan Dosen, Desa Kuranga, Tomohon), saya lega lantaran daging anjing telah habis untuk hari ini. Namun, kelelawar masihlah ada. Dicincang kedalam potongan kecil, komplit dengan kulit hitam berlemak yang alot, makanan itu terlihat tidak menarik. Tetapi gabungan dari daging serta gulai beraroma pinus serta kelapa nyatanya begitu lezat.
Piton, lalu, dimasak dalam saus lezat rica-rica dengan cabai serta lemon basil. Dagingnya cukup enak - memanglah, tak jauh dari rasa dada ayam - namun mempunyai sangat banyak tulang kecil, sedang kulit bermotif dengan sedikit lemak itu, wah, diluar zona kenyamanan saya.
Memanglah, beberapa bahan yg tidak biasalah yang bikin makana Minahasa populer, yaitu bumbunya, yang di buat dari resep yang di turunkan dari generasi ke generasi, yang bangun reputasinya.
Semuanya saus Minahasa dari mulai bumbu basic : cabai, garam, bawang putih, jahe, kunyit serta kemiri, ditumbuk dengan alu panjang. Sebagian, seperti babi daun leilem yang nikmat mempunyai rasa yang unik dari daun cuma diketemukan di daerah Minahasa, dimana tanaman begitu khas, hingga Kampus Tomohon mempunyai departemen obat herbal yang mempelajari pemakaian tradisionalnya. Namun yang lain bisa didapat serta sudah menyebar.
Koki dari Bali sampai Amsterdam temukan keajaiban Woku, saus beraroma tajam dengan jeruk nipis, daun jeruk purut, serai, daun bawang serta lemon basil, yang dipakai untuk ikan serta ayam. Rica-rica, dengan daun jeruk purut, serai, lemon basil serta cabai yang banyak, demikian lezat hingga sudah menebar, walau kerap hilang unsur intinya, di semua Indonesia.
Serta, sudah pasti, di restoran dengan menu daging anjing - yang diidentifikasi oleh eufemisme " RW " - bakal senantiasa ada hidangan Minahasa pada menu mereka.