CUKUPLAH kematian sebagai pelembut hati, pengucur air mata, pemisah dengan keluarga serta teman dekat, pemutus angan-angan.
Mengingat kematian, mengikuti orang yang hadapi sakratul maut, mengantar jenazah, mengingat gelap serta beratnya siksa kuburan pasti bakal bangunkan jiwa kita dari tidurnya, mengerti kelalaiannya, menghidupkan semangatnya, menggelorakan nilai perjuangannya serta mengembalikannya selekasnya pada Allah.
Allah berfirman : " tiap-tiap jiwa pastinya akan rasakan kematian. " AL Hasan berkata : " Kematian sudah menelanjangi dunia hingga tak tersisa keceriaan untuk orang yang berakal "
Orang yang banyak mengingat kematian bakal enteng baginya semuanya kesusahan hidup. Orang yang banyak mengingat kematian bakal dimuliakan dengan tiga hal : selekasnya bertobat, ketenangan hati serta semangat beribadah.
Satu hari Ibnu Muthi lihat tempat tinggalnya, dia terkesima dengan keindahannya lantas dia menangis seraya berkata : " Bila tak lantaran kematian pasti saya bakal senang denganmu ".
Ibnu Munkadir berkata mengenai seorang yang kerap ziarah pendam : " Orang ini menggerakkan hatinya dengan mengingat kematian. " Karena itu Rasulullah senantiasa mengajak beberapa teman dekat untuk perbanyak mengingat kematian, dengan mengingat mati bakal melapangkan dada, memberi ketinggian frekwensi beribadah.
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : " Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yakni kematian, lantaran sebenarnya tidaklah seorang mengingatnya saat dalam kondisi kesempitan hidup, tetapi dia bakal melapangkannya, serta tidaklah seorang mengingatnya saat dalam kondisi lega, tetapi dia bakal menyempitkannya. " (HR. Ibnu HIbban serta dishahihkan oleh Al Bani didalam kitab Shahih Al Jami)
Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah berkata, " Saya pernah menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sebagai orang ke-sepuluh yang datang, lantas salah seseorang dari golongan Anshor berdiri seraya berkata, " Wahai Nabi Allah, siapakah manusia yang paling cerdik serta paling tegas? " Beliau menjawab, " (yaitu) Mereka yang paling banyak mengingat kematian serta paling siap menghadapinya. Mereka tersebut manusia-manusia cerdas ; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia serta kemuliaan akhirat. " (HR. Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri). Ustaz Didik Hariyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar